GKE Sebagai Betang Baru (Model Pendekatan Misi GKE Dalam Konteks Pluralitas Masyarakat Dayak di Kalimantan Tengah)

Penulis

  • Elisa Sumandie STT KADESI Yogyakarta

Kata Kunci:

Kekristenan, Budaya Lokal, Rumah Betang, Nilai Hidup, Misi Gereja

Abstrak

Sejarah mencatat bahwa Kekristenan hadir di Indonesia umumnya dan Kalimantan Tengah khususnya tidak bisa dilepaskan dari isu imperalisme yang hadir dan berkamuflase dalam bayang-bayang Penjajah. Sehingga salah satu akibatnya adalah penaklukan akan nilai-nilai budaya lokal yang ada dan membabtisnya dengan budaya baru yakni budaya kekristenan yang sudah dibungkus oleh nilai dan semangat barat. Tetapi seiring dengan waktu kekristenan tidak bisa lagi menabuhkan genderang sukacita atas cara-cara penaklukan atas tradisi dan budaya lokal tersebut, sebagai contoh budaya Dayak di Kalimantan Tengah. Orang Dayak mengenal Falsa

fah

Rumah Betang sebagai sebuah model atau pola dalam berinteraksi secara sosial. Betang adalah rumah adat dimana disana ditanamkan nilai-nilai yang hidup dan berlaku universal bagi siapapun yang mahluk yang diam di dalamnya. Nilai-nilai itu adalah kesetaraan, kejujuran, kebersamaan, kerukunan, dialogis, ketaatan pada hukum dan agama, serta kedekatan dengan alam semesta ciptaan Tuhan. Nilai-nilai inilah yang bisa menjadi model bagaimana model misi Gereja dalam menciptakan dialog dalam realitas masyarakat Dayak yang majemuk ini.

Unduhan

Diterbitkan

2020-04-01

Cara Mengutip

Sumandie, E. (2020). GKE Sebagai Betang Baru (Model Pendekatan Misi GKE Dalam Konteks Pluralitas Masyarakat Dayak di Kalimantan Tengah). NYULI, Jurnal Pemikiran Sosial Dan Politik, 1(1), 20–37. Diambil dari https://nyuli.ukpr.ac.id/NYULI/article/view/17